Sejumlah Rumah Padat Karya di Kota Surabaya miliki karakteristik berbeda

BPKAD Surabaya Posted on Selasa, 28 Juni 2022

Surabaya (ANTARA) - Sejumlah Rumah Padat Karya atau tempat pemberdayaan ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang tersebar di Kota Surabaya, Jawa Timur, memiliki karakteristik berbeda karena menyesuaikan dengan pasarnya, kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.

"Di Rumah Pakar (Padat Karya, red.) ada berbagai usaha mulai dari cuci sepeda motor dan mobil, konveksi jahit, 'cutting' stiker, hingga servis pendingin ruangan (AC)," kata dia di Surabaya, Selasa.

Ia mengatakan sejumlah Rumah Padat Karya yang berada di Kecamatan Wonocolo, Sambikerep, Benowo, dan Krembangan, menggunakan lahan atau aset Pemerintah Kota Surabaya untuk kegiatan ekonomi kerakyatan.

Ia mencontohkan pemberdayaan ekonomi kerakyatan di Kecamatan Wonocolo bukan hanya ada Rumah Padat Karya, melainkan juga ada Kebun Rumah Padat Karya yang di dalamnya ada berbagai jenis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), salah satunya budi daya tanaman hidroponik.

"Jaraknya 200 meter antara kebun dengan Rumah Padat Karya. Inilah yang kami tunjukkan kepada masyarakat, bahwa setiap wilayah punya karakteristik berbeda sesuai dengan pasarnya," kata Eri.

Begitu halnya dengan Rumah Padat Karya lainnya yang dijadikan pemantik semangat Pemkot Surabaya bersama warga untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran di daerah dengan sebutan "Kota Pahlawan" itu.

Ia menjelaskan meskipun disesuaikan dengan pangsa pasar, bukan berarti pelaku UMKM di Rumah Padat Karya itu hanya melayani di tempat itu, melainkan juga bisa melayani permintaan dari wilayah lain, sehingga para pelaku UMKM bisa menjangkau pasar lebih luas lagi ke depannya.

Wali Kpta Surabaya yang akrab disapa Cak Eri Cahyadi itu, menyebutkan ketika warga setempat menggerakkan ekonomi kerakyatan, maka secara otomatis kota ini semakin maju dan makmur.

Begitu juga ketika warga Surabaya saling mendukung dan bergotong royong, maka ekonomi kerakyatan akan terus bergerak.

"Ayo dukung produk UMKM Surabaya, kita beli di toko kelontong, jangan malu atau minder. Saya sendiri juga memakai produk UMKM Surabaya, baju batik dan sepatu yang saya pakai juga produk lokal UMKM," ujar dia. (*)

Pewarta: Abdul Hakim
Editor : Slamet Hadi Purnomo
COPYRIGHT © ANTARA 2022

BPKAD Surabaya Posted onSelasa, 28 Juni 2022

Berita Terkait